Selamat datang di blog kimiahary

Jumat, 26 November 2010

merapi


Hampir 2000 Sapi Mati Akibat Letusan Merapi
Selasa, 16 November 2010 - 02:15 wib


Seekor sapi mati di Dusun Kaliadem, Cangkringan, Yogyakarta (Foto: Koran SINDO)
JAKARTA -  Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan total ternak sapi yang mati akibat letusan Gunung Merapi yang sudah teridentifikasi mencapai 1.962 ekor. Angka tersebut dipastikan akan terus bertambah karena hingga kini tim identifikasi masih terus melakukan melakukan pendataan.

”Itu masih angka sementara. Sehingga kemungkinan besar angka tersebut masih terus bertambah karena tim yang kami bentuk masih terus melakukan identifikasi,” ujar Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Prabowo Respatiyo Caturroso di Jakarta, kemarin.


Hewan ternak tersebut berasal dari Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kabupaten Klaten, Magelang, dan Boyolali di Provinsi Jawa Tengah. ”Untuk pelaksanaan pendataan ini, kami bentuk tim identifikasi yang dikoordinasikan oleh Ibu Ida Tjahajati dari Fakultas Kesehatan Hewan UGM,” katanya.


Sementara itu total ternak yang terancam menjadi korban mencapai 61.884 ekor. Dari total ternak tersebut, paling banyak berada di Kabupaten Boyolali yang tercatat 28.405 ekor yang terdiri atas 23.093 sapi perah dan 5.312 ekor sapi potong. Menyusul kemudian di Kabupaten Magelang mencapai 20.156 ekor sapi perah.


”Memang data yang sudah masuk kebanyakan merupakan sapi perah. Karena data sapi perah selama ini memang sudah ada di asosiasi sapi perah. Sedangkan untuk sapi potong kita belum punya data pasti,” kata Prabowo.


Namun untuk di Kabupaten Klaten sapi mati yang sudah teridentifikasi semuanya merupakan sapi potong yang jumlahnya 9.838 ekor dan di Sleman mencapai 3.125 ekor yang terdiri atas 2.247 ekor sapi perah dan 878 sapi potong.


Untuk hewan ternak yang sudah mati tersebut, Prabowo menegaskan bahwa pemerintah akan mengganti semua. Pemerintah telah mengalokasikan dana Rp100 miliar untuk penggantian ternak korban bencana Gunung Merapi. Dana tersebut berasal dari APBNP yang masuk ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).


Dari total ternak yang terancam tersebut, ada sekitar 8.364 ekor yang sudah dievakuasi dan saat ini sudah berada di 167 titik penampungan. Sehingga masih ada 53.520 ekor yang masih berada di lokasi rawan bencana.


Selama ini, kata Prabowo, tim identifikasi kesulitan menyelamatkan ternak-ternak tersebut, karena tak diperbolehkan oleh aparat keamanan yang menjaga daerah rawan bencana. ”Petugas kami sampai kucing-kucingan dengan petugas keamanan untuk mengambil ternak-ternak tersebut,” katanya.


Selain itu, kata dia, dana operasional sebesar Rp100 miliar tersebut hingga kemarin belum juga dicairkan. Selama ini, kata dia, dana evakuasi bencana ini berasal dari dana patungan para peternak dan asosiasi yang memberikan bantuan secara cuma-cuma.


Hanya saja, dana tersebut dipastikan segera cair karena hari ini Menko Kesra akan menandatangani SK tentang Penanganan Ternak. ”Sehingga saya optimistis minggu ini dana tersebut sudah bisa dicairkan,” katanya.


Dalam kesempatan itu, Prabowo mengatakan bahwa identifikasi tersebut juga mencakup adanya berita acara kematian. Di mana dalam berita acara tersebut ditandatangani oleh kepala desa (kades) setempat dan dua orang saksi. ”Berita acara ini diperlukan karena untuk mengantisipasi adanya oknum yang mengaku-ngaku punya ternak yang menjadi korban,” katanya.


Setelah proses identifikasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya, pemerintah akan memberikan ganti rugi kepada para pemilik ternak. Nantinya, kata dia, uang ganti rugi tersebut akan disalurkan melalui bank yang telah ditunjuk pemerintah.


Hanya saja, hingga kemarin pemerintah belum menetapkan bank apa yang akan ditetapkan. ”Kemungkinan kami akan tunjuk BPD Jateng dan BPD DIY. Nanti peternak tinggal menyerahkan berita acara kematian tersebut untuk mencairkan ganti ruginya,” katanya.


Seperti diketahui pemerintah akan memberikan ganti rugi sapi yang mati akibat letusan Gunung Merapi sebesar Rp juta untuk sapi anakan (pedet), sapi dara Rp7 juta, sapi bunting Rp9 juta, sapi perah laktasi Rp10 juta.


Sementara bagi peternak yang ingin menjual sapinya dalam keadaan hidup, pemerintah akan membeli Rp20.000 per kilogram (kg) untuk sapi betina, sementara untuk sapi pejantan Rp22.000 per kg.
(Sudarsono/Koran SI/fer).

by ; hari laksono (08303244046)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar